Ekonomi Desa dengan Pola Ekonomi Kerakyatan -->
Cari Berita

Advertisement

Ekonomi Desa dengan Pola Ekonomi Kerakyatan

Kamis, 13 Juli 2017


SHRI.com - Seminggu yang lalu saya bersama sahabat berlibur ke Desa. Tujuannya mencari lahan atau tanah desa yang bisa kami sewa untuk bercocok tanam. Walaupun kami tinggal di Jakarta, tapi kami ingin sekali belajar bertani.

Bahagia rasanya ketika saya melakukan perjalanan keberbagai tempat di daerah, disitu saya melihat ada ribuan hektare pohon singkong dan jagung. Luar biasa, tanah Indonesai benar benar subur, namun ketika sahabat saya Aldy Mutalik lakukan wawancara kepada salah seorang warga yang bernama Supardi, dia katakan bahwa itu punya orang asing, bukan milik kita.

Lalu saya tanya lagi, apakahwarga disini kebagian ?, Supardi mengatakan ya, kita kebagian memang tapi kami hanya jadi tukang panen dan tukang kemas saja, entah singkong itu dikirim kemana.

Dari hasil perjalanansaya menyimpulkan, kenapa bisa seperti ini ?. Padahal saya pikir kalau kita maksimalkan lahan dan sumber daya yang ada. Ini akan menggerakan ekonomi rill ditingkat bawah, atau tingkat desa. Asset Desa sangat besar, harus dimaksimalkan dalam pemanfaatannya.

Juga kita bisa lihat diberbagai sumber bahwa ini salahsatu cara untuk mengurai perekonomian, sebagian besar hanya di Ibu Kota, dan Kota kota besar lainnya. Ini yang membuat masyarakat pergi ke kota untuk pencari pekerjaan. Padahal, dikampung sendiri atau di desa sendiri pun, bisa diciptakan sumber sumber pekerjaan.

Ekonomi Desa Kurang Perhatian

Disalahsatu desa yang tidak saya sebutkan, yang penduduknya sangat baik dan ramah. Namun saya heran, sebagaian besar laki laki tidak terlihat. Yang saya lihat banyaknya Ibu muda yang menggendong anaknya yang masih kecil, dan sebagian besar wanita Lansia.

Telisik saya lakukan wawancara dengan salahsatu pemilik warung. Dia bilang, ada biro agen yang setiap bulan datangh kesini dan menawarkan pekerjaan diluar negeri. Luar biasa, dengan pola pikir seperti itu bekerja diluar negeri mendapatkan hasil yang banyak bisa kirim uang ke kampung, padahal dikampungnya yang subur mereka bisa mendapatkan penghasilan yang seimbang atau bahkan lebih dari bekerja diluar negeri atau kota kota besar.

Ini membuktikan bahwa ekonomi di desa sangat kurang perhatian pemerintah. Seandainya saja pemerintah bisa memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada, saya yakin bapak bapak akan betah dikampung karena kebutuhannya tercukupi.

Mereka bisa bekerja di desa dengan bercocok tanam atau membuat olahan makanan dan kerajinan atau apapun kegiatan itu yang bisa membuat masyarakat tidak diam, atau bekerja. Buat terobosan bahwa hasil panen, baik padi atau lainnya untuk diolah terlebih dahulu, dan dijadikan suatu produk yang siap jual. Sehingga peranan masyarakat tetap ada dengan semangat gotong royong nya.

BUMDes dan pola Koperasi Ekonomi Kerakyatan

Saya mendukung peranan pemerintah, karena sedang berupaya untuk memaksimalkan kinerja BUMDes. BUMDesiniakanmampumemperkecilrantaidistribusiprodukpangan. Karena dengan adanya BUMDes masyarakat tani mempunya ruang untuk keluh kesah, masyarakat tani memiliki ruang untuk belajar. Misalkan belajar tatacara membuat pupuk atau pelajaran mengantisipasi datangnya hama.

Disamping itu alangkah akan lebih baiknya ketika BUMDes diterapkan dengan satu konsep koperasi ekonomi kerakyatan. Kenapa demikian ? karena saya lihat dari sektor asset desa saja. Ketika di satu desa komoditi tertingginya adalah kelapa, maka dikuatkan dengan kelapa nya. Atau di desa satunya komoditi tertinggi nya adalah padi nya, maka yang dikuatkan padi nya.

Masyarakat desa atau petani, bisa dihitung kebutuhannya dengan per keluarga dengan perhitungan satu keluarga 2 anak. Dari itu akan mendapatkan data, bahwa kebutuhan pangan akan terukur. Juga dengan pengaplikasian konsep koperasi ekonomi kerakyatan keluarga petani itu akan mendapatkan pendapatan lebih, ketika pendapatan hasi tani sudah mencukupi keluarganya kan bisa dialihkan kepada keluarga yang lain.

Sehingga lebihnya pangan yang dibutuhkan bisa dialokasikan untuk iuran koperasinya, juga pemenuhan kebutuhan lainnya seperti kebutuhan sekolah anaknya, kesehatan,tabungan hari tua, atau tabungan umroh.

Lumbung atau Gudang penyimpanan dan Peranan tengkulak

Peranan tengkulak sangat penting diperhatikan juga disini. Kalau tidak ada tengkulak ekonomi di desa tidak akan berjalan, semoga perkiraan saya salah. Namun alangkah baiknya apabila tengkulak yang sudah banyak uang itu, berubah menjadi fasilitator saja.

Mereka bisa membangun storage atau gudang penyimpanan, atau dibuatkan pabrik pengolahan SDA yang ada. Misalkan dari komoditi satu desa yang paling unggul adalah kelapa, maka dibuatlah pabrik pengolahan kelapa. entah dibuat minyak goreng lokal yang di distribusikan melaui jaringan koperasi, atau pabrik pengepakan produk dari kelapa.

Apabila para tengkulak tidak mau bersinergy, ya saatnya pemerintah desa menjadi fasilitator yang baik jangan sampai ada pemikiran bahwa pemerintahnya lah atau tokoh nya lah yang menjadi tengkulak. Apalagi ada kesan takut pada masyarakat.

Pemerintah tingkat desa harus membuat ruang khusus untuk menyatukan pola pikir ini untuk kemajuan masyarakat desa dalam upaya pemaksimalan dan pengembangan ekonomi desa. Namun apabila memang sulit dilakukan untuk bersynergi, saya yakin TNI pun  bisa dilibatkan untuk mengawal lajunya perekonomian desa.

Saatnya berbenah diri untuk kemaslahatan masyarakat

Ini hanyalah opini, dan mari berbenah bersama. Membuat ekonomi desa kuat adalah sama dengan kita mejadikan Negara ini kuat. Apabila sektor perekonomian dan kebutuhan serta ketahanan pangan stabil ditingkat bawah, semuanya akan stabil. Dan mungkin politikus tidak ada celah untuk menjadikan masyarakat sebagai object politiknya.

Juga tidak menutup kemungkinan akan mengurangi pengangguran, karena masyarakat bergerak melakukan hal positif dalam pemanfaatan lahan desa. Orang di desa diam itu karena tidak ada kegiatan, maka mereka ikut ke ibu kota untuk berkegiatan yang menghasilkan uang atau simplenya dikatakan bekerja. Saya lama tinggal di desa Pawindan Kabuaten Ciamis, itu saya rasakan sendiri.

Ketika lulus sekolah STM YPS 1 Jurusan otomotif, saya berangkat ke Jakarta untuk bekerja. Tetap saja, pekerjaan itu susah saya cari karena hanya lulusan STM Otomotif, sekarang saya malah ingin terjun ke dunia politik. Karena saya rasa masih banyak yang harus dibenahi dan dimaksimalkan, siapa tau saya bisa menymbangkan pemikrian atau tenaga dan bisa bersinergi dengan kompnen yang ada didalam pemerintahan.

Sayapikir, daripada tinggal dikota jadi budak, mendingan tinggal di desa tapi jadi Raja. Mari fokuskan untuk olah sumberdaya alam desa sampai menjadi suatu produk yang bisa dipergunakan atau dijual ke kota.Zaman sudah canggih, jangan sampai ada keterlambatan soal informasi untuk kemajuan masyarakat desa.

Bentuklah suatu badan atau lembaga yang memang diperlukan untuk mampu mengakomodir ruang lingkup perekonomian yang ada di masing masing desa. Tanah ini masih subur dan masih memberi penghidupan terus menerus kepada kita, tinggal bagaimana kita mengelolanya.

Penulis : M. Elhan Zakaria
elhanzakaria.com